Lagi Tren Hiking Cisayong–Garut di Medsos, Jalur Arga Talaga Bodas Resmi Ditutup Sementara

Berita, Jabar114 Dilihat

Tasikmalaya, Lintasnusa.com – Maraknya tren pendakian jalur Arga menuju Cagar Alam Gunung Talaga Bodas yang viral di media sosial akhirnya mendapat respons tegas. Forum Komunikasi Pecinta Alam Tasikmalaya (FKPAT) mendesak penutupan sementara jalur tersebut demi menjaga kelestarian lingkungan.

Ketua FKPAT, Miftah Rizky alias Babol, menyampaikan langsung desakan itu dalam diskusi lingkungan yang digelar di kawasan wisata Arga Hot Spring, Kabupaten Tasikmalaya, Minggu (8/6/2025).

Babol menyoroti fenomena “pendaki FOMO” yang hanya ikut-ikutan tren tanpa persiapan fisik, pengetahuan konservasi, maupun etika berpetualang. Aktivitas pendakian jenis “tektok” — naik dan turun dalam satu hari — menjadi penyebab banyaknya pendaki yang mengabaikan aspek keselamatan dan kelestarian alam.

“Jalur Arga-Talaga Bodas jadi tren di media sosial. Banyak pendaki tak siap fisik dan mental, apalagi soal kesadaran menjaga alam,” tegasnya.

FKPAT mencatat dampak nyata berupa penumpukan sampah plastik, kerusakan vegetasi, serta perilaku buang air sembarangan di aliran sungai. Babol juga menilai lemahnya regulasi menjadi faktor utama kerusakan lingkungan di jalur pendakian tersebut.

Baca Juga : Ancaman terhadap Pemeriksa Fakta Meningkat, Koalisi Cek Fakta Datangi Dewan Pers

Hal senada diungkapkan Eka Riwayat dari LMDH Sundakerta. Ia mengaku prihatin melihat kondisi lingkungan yang memburuk akibat lonjakan pendaki.

“Warga malah jadi petugas kebersihan tak resmi karena banyak sampah. Bahkan, kami sering diminta bantu cari pendaki tersesat,” ungkap Eka.

Menanggapi hal itu, Asper Perhutani BKPH Tasikmalaya, Sudrajat Firmansyah, menyatakan pihaknya mendukung penutupan sementara jalur pendakian Arga–Talaga Bodas. Ia menambahkan bahwa jalur tersebut belum tercantum dalam Perjanjian Kerja Sama (PKS) resmi.

“Kami akan mengajukan adendum PKS lewat skema Kemitraan Kehutanan Perhutani (KKP) ke direksi pusat. Proses ini diperkirakan memakan waktu 1–2 minggu,” jelas Sudrajat.

Penutupan sementara ini akan dimanfaatkan untuk memperbaiki tata kelola, meningkatkan pengawasan, serta merumuskan sistem edukasi bagi para calon pendaki.

Penutupan jalur Arga–Talaga Bodas menjadi bukti nyata bahwa tren pendakian tanpa pengelolaan dapat berujung pada ancaman ekologis. Semua pihak, baik komunitas pecinta alam, warga, maupun pemerintah, diharapkan bisa bekerja sama menjaga warisan alam ini agar tetap lestari.

Editor: Redaksi Lintasnusa
Tanggal: 8 Juni 2025
Kategori: Lingkungan, Tasikmalaya, Wisata Alam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *