Milangkala ke-2 Trah Karsid, Candra PAS: “Saya Bangga, Ada Darah Kami yang Mengalir”

Berita, Jabar69 Dilihat

Tasikmalaya, Lintasnusa.com – Milangkala ke-2 Trah Karsid, Candra PAS: “Saya Bangga, Ada Darah Kami yang Mengalir”

Paguron Trah Karsid Sambong Tengah, Mangkubumi, Kota Tasikmalaya menggelar acara milangkala ke-2 dengan meriah dan penuh nuansa budaya Sunda.

Sejumlah tokoh adat, budayawan, dan pejabat hadir dalam acara yang berlangsung khidmat namun tetap hangat tersebut, Sabtu (19/07/2025).

Ketua Umum Pajajaran Anyar Siliwangi (PAS) sekaligus pendiri Paguron Jaga Baya dan tokoh budaya Sunda, Candra, dalam sambutannya menyampaikan kebanggaannya terhadap eksistensi Trah Karsid.

Ia mengaku memiliki keterikatan batin karena merupakan keturunan dari Karsid Sambong Tengah, tokoh yang menjadi leluhur dari komunitas budaya tersebut.

“Saya sangat-sangat bangga dengan Trah Karsid. Ini bukan hanya soal budaya, tapi tentang darah kami yang mengalir dalam semangat pelestarian budaya Sunda,” ujar Candra disambut tepuk tangan para hadirin.

Candra menegaskan, keberadaan komunitas budaya seperti Trah Karsid adalah cermin dari semangat lokal yang tidak boleh padam di tengah derasnya arus modernisasi.

Ia berharap, budaya Sunda tetap “nanjeur” (tegak berdiri) dan menjadi identitas kuat masyarakat Jawa Barat, khususnya Tasikmalaya.

Acara milangkala ke-2 ini turut diisi dengan berbagai pertunjukan seni tradisi, seperti pencak silat, karinding, dan lengseran.

Anak-anak hingga orang tua tampak terlibat langsung dalam setiap penampilan, membuktikan bahwa pewarisan budaya sedang berjalan di tengah masyarakat.

Ketua Trah Karsid, Nanang Tarya, dalam kesempatan yang sama menyampaikan harapannya agar pemerintah, baik di tingkat kelurahan hingga Pemkot Tasikmalaya, bisa lebih serius mendukung pelestarian budaya daerah.

Baca Juga : Eri Purwanto Dukung Penuh Kelestarian Budaya Lewat Trah Karsid

“Kami berdiri sendiri, tanpa bantuan dari pihak manapun. Tapi kami tidak menyerah. Kami hanya ingin anak-anak yang belajar di sini mendapatkan fasilitas yang layak, seperti matras dan tempat latihan yang memadai,” ujarnya.

Nanang juga menegaskan bahwa pelestarian budaya bukan hanya tugas komunitas budaya semata, tapi tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pemerintah.

“Kami tidak meminta bantuan besar, cukup perhatian dan dukungan nyata. Karena yang kami jaga bukan hanya seni, tapi jati diri sunda,” tambahnya.

Acara milangkala ini menjadi bukti bahwa meskipun dengan segala keterbatasan, semangat untuk mempertahankan budaya leluhur tetap berkobar di kalangan masyarakat akar rumput.

Trah Karsid menjadi simbol kecil dari harapan besar: bahwa budaya Sunda akan tetap hidup, berkembang, dan menjadi warisan untuk generasi mendatang.

Dalam penutupan, para peserta dan tamu undangan bersama-sama menyanyikan lagu-lagu daerah dan melakukan ritual adat sebagai bentuk syukur atas perjalanan dua tahun komunitas Trah Karsid. Sebuah momentum yang bukan hanya memperingati hari jadi, tapi menegaskan identitas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *