Jalan Rusak, Warga Meninggal Saat Ditandu Menuju Klinik di Bojonggambir, Tasikmalaya

Berita, Jabar116 Dilihat

Tasikmalaya, Lintasnusa.com – Perjalanan penuh harap menuju klinik kesehatan berakhir tragis bagi Kokom (60), warga Kampung Ciamtayan, Desa Campakasari, Kecamatan Bojonggambir, Kabupaten Tasikmalaya. Ia meninggal dunia di tengah perjalanan saat ditandu warga karena kondisi jalan rusak parah menghambat akses kendaraan bermotor.

Peristiwa memilukan ini terjadi pada Kamis (6/6/2025) pagi dan menjadi sorotan publik setelah video penanduannya viral di media sosial.

Dibawa Suami dengan Sepeda Motor, Lalu Ditandu Warga

Kejadian bermula saat Kokom mengeluh tidak enak badan dan kondisinya semakin melemah. Suaminya, Agus (65), berinisiatif membawanya ke klinik kesehatan terdekat di Desa Ciheuras dengan menggunakan sepeda motor. Karena tubuh istrinya sudah tidak bisa duduk tegak, Kokom diikat ke tubuh Agus agar tidak terjatuh sepanjang perjalanan.

Namun sayangnya, medan yang dilalui sangat tidak bersahabat. Jalan yang rusak berat, berlubang dan berbatu di wilayah perbukitan Bojonggambir membuat motor tidak bisa melanjutkan perjalanan. Warga yang melihat situasi itu akhirnya turun tangan. Mereka menandu Kokom menggunakan tandu darurat melintasi jembatan gantung Bantar Bodas, satu-satunya akses yang menghubungkan ke jalan desa.

“Waktu itu sudah tidak memungkinkan dibawa motor. Jalannya rusak sekali. Akhirnya ibu Kokom ditandu warga,” ujar Endang (47), salah satu saksi mata yang ikut membantu penanduan.

Setibanya di ujung jembatan, tubuh Kokom kembali dipindahkan ke sebuah mobil pikap. Namun, sebelum tiba di klinik, nyawanya tidak tertolong.

Rekaman Perjalanan Tragis Viral di Media Sosial

Momen saat warga menandu tubuh Kokom menyeberangi jembatan gantung direkam dalam sebuah video berdurasi 35 detik. Video tersebut memperlihatkan kondisi jalan desa yang memprihatinkan, serta warga yang dengan penuh empati mencoba menyelamatkan nyawa sesama.

Unggahan video itu langsung menyita perhatian publik dan memicu gelombang kritik terhadap kondisi infrastruktur di pelosok Kabupaten Tasikmalaya.

Dewan Soroti Infrastruktur dan Akses Layanan Kesehatan

Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Tasikmalaya, Cecep Nur Yakin, mengaku telah mendapatkan informasi terkait insiden tersebut. Ia menyayangkan masih buruknya akses jalan di sejumlah wilayah selatan Tasikmalaya, termasuk Kecamatan Bojonggambir.

“Ini bukan hanya soal jalan, tapi soal nyawa manusia. Akses kesehatan menjadi terhambat hanya karena infrastruktur dasar yang tak kunjung dibenahi,” tegas Cecep.

Baca Juga : Warga Manfaatkan Jalan Umum Gelar Salat Idul Adha di Kota Tasikmalaya

Ia meminta Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya segera melakukan evaluasi dan realokasi anggaran untuk mempercepat perbaikan jalan-jalan penghubung antar desa, terutama yang mengarah ke fasilitas kesehatan.

200 Kilometer Jalan Rusak Berat di Kabupaten Tasikmalaya

Menurut data Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Tasikmalaya, sepanjang tahun 2025, tercatat lebih dari 200 kilometer jalan kabupaten dalam kondisi rusak berat. Banyak di antaranya berada di wilayah selatan seperti Bojonggambir, Salopa, dan Puspahiang.

Kondisi tersebut telah lama dikeluhkan warga karena berdampak langsung pada distribusi logistik, pendidikan, hingga penanganan gawat darurat kesehatan.

Warga Minta Perhatian Serius Pemerintah

Peristiwa meninggalnya Kokom menjadi pengingat keras bahwa keterlambatan penanganan infrastruktur bukan hanya soal kenyamanan, melainkan soal keselamatan.

“Kalau saja jalannya bagus, mungkin ibu Kokom bisa cepat sampai dan nyawanya tertolong,” ujar Agus, sang suami, dengan mata berkaca-kaca.

Warga Desa Campakasari dan sekitarnya kini berharap agar tragedi ini menjadi momentum perubahan. Mereka menuntut pemerintah bertindak nyata dan tidak menunggu korban berikutnya.

Tragedi yang menimpa Kokom mencerminkan krisis layanan dasar di pedesaan yang tak boleh lagi diabaikan. Di tengah semangat pembangunan, nyawa rakyat kecil tak boleh dikorbankan karena abainya pemeliharaan infrastruktur. Pemerintah daerah, provinsi, dan pusat harus menjadikan kejadian ini sebagai panggilan nurani: jalan rusak bukan sekadar lubang di aspal—tapi bisa menjadi lubang nyawa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *