Pubalgia: Penyebab, Gejala, dan Cara Mencegahnya

Berita, Kesehatan40 Dilihat

Lintasnusa.com – Pubalgia, atau athletic pubalgia yang sering disebut juga sports hernia, merupakan salah satu cedera pada area selangkangan dan perut bawah yang kerap dialami oleh atlet olahraga yang membutuhkan akselerasi, rotasi, serta perubahan arah secara cepat seperti sepak bola, hoki, rugby, dan atletik. Meski istilah โ€œherniaโ€ disematkan, pubalgia berbeda dengan hernia inguinalis karena tidak selalu ditandai dengan tonjolan jaringan.

Belakangan ini, kondisi pubalgia menjadi perhatian publik setelah sejumlah atlet profesional mengalami keluhan serupa. Cedera ini memiliki dampak signifikan terhadap performa dan kualitas aktivitas fisik, serta dapat berkembang menjadi kronis apabila tidak ditangani secara tepat.

Apa Itu Pubalgia?

Pubalgia adalah cedera pada otot, tendon, atau ligamen yang terletak di sekitar tulang pubisโ€”titik pertemuan antara otot perut bawah (rectus abdominis dan obliques) dengan otot paha bagian dalam (adductor longus). Kondisi ini terjadi akibat ketidakseimbangan gaya tarik antarotot sehingga menimbulkan tekanan berulang pada struktur jaringan lunak di area panggul.

Meskipun lebih umum dialami atlet, pubalgia juga dapat terjadi pada masyarakat umum, terutama pada individu yang melakukan gerakan eksplosif atau repetitif.

Biro Kesehatan menegaskan bahwa pubalgia tidak disebabkan oleh aktivitas seksual, karena tidak ada bukti ilmiah yang mendukung anggapan tersebut. Pubalgia murni terjadi akibat mekanisme biomekanis dan ketidakseimbangan otot panggul.


Gejala Pubalgia

Pubalgia termasuk cedera yang sulit diidentifikasi tanpa pemeriksaan komprehensif karena gejalanya mirip dengan beberapa kondisi lain seperti adductor strain, osteitis pubis, dan FAI (femoroacetabular impingement). Berikut gejala umum yang perlu diwaspadai:

  • Nyeri tumpul atau tajam pada selangkangan dan perut bagian bawah

  • Nyeri meningkat saat sprint, menendang, memutar badan, atau melakukan sit-up

  • Nyeri menjalar ke pangkal paha, paha bagian dalam, perineum, atau skrotum

  • Keluhan membaik saat istirahat namun kambuh saat kembali beraktivitas

  • Sensasi tertarik atau seperti robek pada kejadian awal cedera

Pemeriksaan penunjang seperti MRI atau USG dinamis sering kali dibutuhkan untuk memastikan diagnosis secara akurat.

Penyebab Utama Pubalgia

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pubalgia terjadi akibat dua mekanisme utama:

1. Cedera Otot dan Tendon

Terjadi ketika otot perut bawah dan otot adductor menarik tulang pubis ke arah berlawanan, menciptakan kondisi tarik-menarik (tug-of-war) yang memicu robekan mikro berulang.

2. Kelemahan Dinding Posterior Inguinal

Kerusakan pada otot penyangga selangkangan dapat melemahkan dinding posterior inguinal. Meski bukan hernia sejati, area yang lemah dapat menimbulkan tonjolan saat mengejan dan memperburuk nyeri.

Faktor Risiko Tambahan:

  • Gerakan eksplosif berulang

  • Ketidakseimbangan kekuatan otot inti dan paha dalam

  • Overtraining tanpa pemulihan yang memadai

  • Kurangnya fleksibilitas pinggul

  • Teknik gerakan yang salah

Cara Mencegah Pubalgia

Biro Kesehatan merekomendasikan langkah pencegahan berikut, khususnya bagi atlet atau individu dengan aktivitas fisik intensitas tinggi:

  1. Penguatan otot inti (core) dan penstabil panggul

  2. Latihan fleksibilitas otot paha dalam dan pinggul

  3. Pemulihan pasca-latihan yang memadai

  4. Koreksi biomekanik untuk memperbaiki postur panggul

  5. Manajemen beban latihan secara bertahap

  6. Evaluasi kesehatan secara rutin ketika muncul nyeri groin ringan

Imbauan Biro Kesehatan

Biro Kesehatan menegaskan bahwa pubalgia bukan kondisi yang dapat diabaikan. Bila muncul gejala, masyarakat diimbau untuk:

  • Segera berkonsultasi dengan dokter olahraga, ortopedi, atau fisioterapis,

  • Menghindari aktivitas fisik berintensitas tinggi sebelum diagnosis jelas,

  • Mengikuti program rehabilitasi yang terstruktur sesuai arahan tenaga kesehatan.

Penanganan sejak dini dapat mencegah cedera berkembang menjadi kronis dan mempercepat pemulihan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *