Survei Tingkat Kepuasan Publik: Dedi Mulyadi Kalahkan Khofifah di 100 Hari Pertama, Warga Jawa Timur Setuju?

Berita114 Dilihat

Jakarta, Lintasnusa.com – Nama Dedi Mulyadi kembali mencuat dalam jajak pendapat nasional yang mengukur tingkat kepuasan publik terhadap kepala daerah dan tokoh nasional dalam 100 hari pertama masa kepemimpinan. Dalam survei terbaru yang dirilis oleh lembaga riset IndoStrategi Research & Consulting, Dedi mencatatkan tingkat kepuasan publik tertinggi, bahkan melampaui Khofifah Indar Parawansa, mantan Gubernur Jawa Timur yang sebelumnya selalu unggul di kawasan timur.

Survei ini dilakukan dalam periode 1–10 Mei 2025, melibatkan 1.800 responden di 34 provinsi, termasuk basis kuat Khofifah di Jawa Timur. Temuan ini memunculkan perdebatan menarik: apakah warga Jatim mulai melirik tokoh alternatif seperti Dedi Mulyadi?

Hasil Survei: Dedi Unggul Secara Nasional

Dalam survei tersebut, Dedi Mulyadi meraih tingkat kepuasan sebesar 72,4%, sedangkan Khofifah Indar Parawansa berada di posisi kedua dengan 68,7%. Posisi berikutnya diisi oleh Ridwan Kamil (65,2%), Ganjar Pranowo (63,8%), dan Anies Baswedan (60,4%).

Peneliti utama IndoStrategi, Aditya Permana, menyebut bahwa capaian Dedi tak lepas dari gaya kepemimpinan populis dan pendekatannya yang merakyat, khususnya di media sosial.

“Publik melihat kerja nyata, konsistensi, dan gaya komunikasi yang membumi. Itu menjadi keunggulan Dedi di mata masyarakat, termasuk di luar basisnya di Jawa Barat,” ujar Aditya.

Respons Masyarakat Jawa Timur

Menariknya, ketika dipersempit ke wilayah Jawa Timur, dukungan terhadap Khofifah mulai tergerus. Dalam simulasi elektabilitas tokoh di Jatim, Dedi mendapat 42,1% suara responden, sedangkan Khofifah hanya 38,9%. Sisanya menyatakan belum menentukan pilihan atau memilih tokoh lain.

Warga di beberapa daerah seperti Sidoarjo, Malang, dan Jember menyebut bahwa sosok Dedi dinilai lebih konsisten hadir di masyarakat, meskipun bukan asli Jawa Timur.

“Saya sering lihat Dedi di media sosial bantu rakyat kecil, sementara Bu Khofifah jarang terdengar setelah lengser,” kata Agus, warga Surabaya.

Analis Politik: Fenomena Perpindahan Simpati

Analis politik dari Universitas Airlangga, Dian Septiari, menilai pergeseran ini sebagai tanda bahwa politik lokal semakin terbuka terhadap tokoh luar daerah, selama mampu menunjukkan rekam jejak dan pendekatan humanis.

“Pemilih Jatim sangat rasional dan punya perhatian tinggi terhadap kinerja. Jika Khofifah tidak segera memperkuat narasi keberlanjutan programnya, simpati bisa benar-benar bergeser,” jelas Dian.

Potensi 2029?

Meski Dedi belum menyatakan niat maju dalam Pilpres atau Pilkada di luar Jawa Barat, hasil survei ini mengindikasikan bahwa basis dukungannya semakin meluas. Tak sedikit yang menilai Dedi bisa menjadi kuda hitam dalam kontestasi nasional 2029 jika tren positif ini berlanjut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *